Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS: Alasan dan Dampaknya

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS: Alasan dan Dampaknya
Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS: Alasan dan Dampaknya

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami depresiasi berkelanjutan, dengan mata uang Amerika hampir mencapai IDR 16.000, tepatnya IDR 15.930 pada penutupan perdagangan Senin, 23 Oktober. Depresiasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan, karena memiliki dampak yang luas pada perekonomian Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menunjukkan bahwa penguatan cepat Dolar AS disebabkan oleh kebijakan suku bunga tinggi yang berkelanjutan di Amerika Serikat. Strategi suku bunga “higher for longer” Federal Reserve telah menyebabkan aliran modal besar masuk ke Amerika Serikat, terutama dalam bentuk pembelian obligasi pemerintah dan Dolar AS.

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS: Alasan dan Dampaknya
Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS: Alasan dan Dampaknya

Dalam pernyataannya setelah pertemuan tertutup di Istana Presiden Jakarta Pusat pada 23 Oktober 2023, Sri Mulyani membahas situasi ekonomi global saat ini, di mana Amerika Serikat mengalami inflasi yang tinggi dan ekonomi yang kuat. Ia menekankan bahwa sinyal Federal Reserve mengenai pendekatan “higher for longer” memainkan peran penting dalam menarik modal kembali ke Amerika Serikat. Langkah ini tidak hanya diantisipasi, tetapi juga melebihi perkiraan Bank Indonesia (BI), dengan menguatkan Dolar AS sebanyak 106 poin, melampaui proyeksi BI sebesar 93 poin.

Sementara itu, Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), mengakui bahwa sebagian besar mata uang Asia mengalami tekanan dari Dolar AS. Ia mengaitkan tren ini terutama dengan ketegangan geopolitik yang terus berlanjut di Timur Tengah, di mana konflik antara Hamas dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah telah berdampak pada harga minyak yang tinggi, yang juga memengaruhi nilai mata uang di seluruh Asia.

Jadi, apa yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia dalam lanskap ekonomi yang menantang ini? Sri Mulyani menekankan bahwa Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus menyelaraskan kebijakan moneter dan fiskal. Pemerintah juga akan memantau dengan cermat dampak nilai tukar terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengurangi dan meminimalkan efek dari faktor eksternal, terutama yang dipicu oleh negara seperti Amerika Serikat.

Bank Indonesia (BI) akan memantau situasi ini dengan ketat dan, jika diperlukan, akan melakukan intervensi di pasar untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Edi menyebutkan bahwa intervensi pasar, baik di pasar spot maupun pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), akan digunakan jika situasi semakin memburuk.

Analisis Ahli

Para analis ekonomi setuju bahwa depresiasi Rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika disebabkan terutama oleh faktor eksternal, yaitu kondisi ekonomi di luar Indonesia. Lukman Leong, seorang analis di DFCX Futures, menyoroti bahwa pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS dan kekhawatiran terhadap prospek suku bunga Federal Reserve, yang lebih lanjut menguatkan mata uang Amerika. Investor mengantisipasi data PDB AS yang kuat dan angka inflasi, serta sikap hawkish yang mungkin ditunjukkan oleh Ketua Federal Reserve, Jerome Powell.

Selain faktor-faktor tersebut, kekhawatiran tentang eskalasi konflik Israel-Palestina juga berkontribusi pada penguatan Dolar AS. Konflik ini telah menyebabkan kenaikan harga minyak mentah, yang pada akhirnya memengaruhi nilai tukar Dolar AS.

Ariston Tjendra, seorang analis pasar valuta asing, setuju bahwa faktor eksternal adalah pemicu utama kekuatan terus-menerus Dolar AS. Ia menambahkan bahwa kekhawatiran tentang eskalasi konflik Israel-Palestina dapat mendorong pelaku pasar untuk keluar dari aset berisiko dan mencari perlindungan dalam Dolar AS.

Secara ringkas, depresiasi berkelanjutan Rupiah Indonesia terhadap Dolar AS dipengaruhi oleh kondisi ekonomi eksternal, termasuk kebijakan moneter AS, ketegangan geopolitik, dan pasar minyak internasional. Pihak berwenang Indonesia mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya terhadap ekonomi mereka, dengan pemantauan yang cermat dan potensi intervensi di pasar valuta asing.

Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini

Redaksiku.com adalah platform konten terbaik untuk Millennials and Gen-Z yang menyajikan informasi lengkap oleh sumber terpercaya yang terbentuk pada 15 Februari 2022.