Plengkung Gading Yogyakarta Resmu Ditutup.
Salah satu gerbang bersejarah di Kota Yogyakarta, Plengkung Gading, resmi ditutup total mulai Sabtu, 15 Maret 2025.
Keputusan ini diambil setelah evaluasi menunjukkan bahwa kondisi struktur bangunan lebih mengkhawatirkan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penutupan ini tentunya berdampak pada lalu lintas, mengingat Plengkung Gading merupakan akses penting bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, langkah ini diambil demi keselamatan warga serta pelestarian cagar budaya yang menjadi bagian dari sejarah panjang Keraton Yogyakarta.
Lantas, apa yang membuat Plengkung Gading begitu penting? Yuk, simak sejarah dan keunikannya!
Sejarah dan Makna Plengkung Gading
Plengkung Gading adalah salah satu dari lima gerbang utama yang menghubungkan Keraton Yogyakarta dengan dunia luar. Nama “Plengkung” sendiri merujuk pada bentuknya yang melengkung, sementara “Gading” berasal dari warna putih pada bangunan yang menyerupai gading.
Kelima plengkung yang menjadi bagian dari sistem pertahanan Keraton Yogyakarta antara lain:
- Plengkung Tarunasura
- Plengkung Nirbaya (Plengkung Gading)
- Plengkung Madyasura
- Plengkung Jaga Surya
- Plengkung Jagabaya
Dari kelima gerbang tersebut, Plengkung Gading dan Plengkung Tarunasura merupakan yang paling terkenal, karena masih mempertahankan bentuk aslinya hingga saat ini.
Plengkung Gading: Gerbang Menuju Peristirahatan Terakhir Sultan
Gerbang yang ada di Yogyakarta tersebut memiliki makna simbolis yang mendalam bagi Kesultanan Yogyakarta.
Gerbang ini dulunya hanya digunakan sebagai jalur khusus untuk membawa jenazah Sultan Yogyakarta menuju kompleks pemakaman raja-raja di Imogiri.
Karena fungsi sakralnya, Sultan yang masih hidup tidak diperbolehkan melewati daerah tersebut. Hal ini menambah nilai historis dan budaya dari bangunan bersejarah ini.
Dahulu, daerah tersebut juga dikelilingi oleh parit pertahanan dengan lebar 10 meter dan kedalaman 3 meter.
Parit ini berfungsi sebagai perlindungan dari serangan musuh, lengkap dengan jembatan gantung yang bisa diangkat saat kondisi darurat.
Namun, pada tahun 1935, parit tersebut diubah menjadi jalan raya yang kita kenal saat ini.
Alasan Penutupan Gerbang Tersebut
Penutupan gerbang tersebut bukan tanpa alasan. Hasil observasi menunjukkan bahwa bangunan ini mengalami penurunan struktur sejak 2015 hingga 2018, dengan total penurunan mencapai 10 cm.
Akibatnya, keretakan mulai muncul, yang dapat membahayakan keselamatan warga dan pengguna jalan.
Keputusan penutupan ini diambil dalam rapat koordinasi yang digelar pada Jumat, 14 Maret 2025 oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUPESDM) DIY serta Dinas Kebudayaan DIY.
Dari hasil evaluasi, ditemukan bahwa beban kendaraan yang melintas di atas gerbang tersebut mempercepat kerusakan struktur bangunan.
Oleh karena itu, sebagai langkah konservasi dan demi keselamatan, gerbang tersebut resmi ditutup hingga waktu yang belum ditentukan.
Dampak Penutupan dan Rekayasa Lalu Lintas
Karena menjadi salah satu akses utama di Kawasan Kraton Yogyakarta, penutupan Plengkung Gading tentu berdampak pada arus lalu lintas. Untuk mengurangi kemacetan, Dinas Perhubungan DIY menerapkan beberapa langkah, antara lain:
- Personel Jogo Margo ditempatkan di simpang Plengkung Gading Utara dan Selatan.
- Pemasangan enam unit water barrier untuk pengamanan area.
- Rekayasa lalu lintas, dengan perubahan fase APILL menjadi fase simpang tiga guna mengurangi kepadatan kendaraan.
- Pemasangan banner informasi di area sekitar untuk sosialisasi kepada masyarakat.
Tak hanya itu, menjelang perayaan Takbiran, Polsek Kraton dan Ditlantas Polda DIY juga telah menyiapkan skenario pengalihan arus agar mobilitas warga tetap lancar.
Langkah Konservasi Plengkung Gading
Penutupan ini bukan hanya untuk mencegah bahaya, tetapi juga menjadi awal dari upaya konservasi bangunan bersejarah ini. Pemerintah DIY akan melakukan observasi menyeluruh untuk menentukan langkah terbaik dalam memperbaiki dan memperkuat struktur Plengkung Gading.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menegaskan bahwa kondisi Plengkung Gading jauh lebih rentan dari perkiraan awal, sehingga pemugaran harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar tidak merusak nilai sejarahnya.
Menjaga Warisan Budaya Yogyakarta
Gerbang tersebut bukan sekadar gerbang biasa, tetapi merupakan bagian dari sejarah dan identitas budaya Yogyakarta.
Keputusan untuk menutupnya diambil demi keselamatan warga dan kelestarian bangunan agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Meskipun masyarakat harus mencari rute alternatif untuk sementara waktu, langkah ini sangat penting dalam menjaga warisan budaya agar tetap berdiri kokoh di masa depan.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku di Google News atau Whatsapp Channels