Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memberikan komentar mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam beberapa waktu terakhir, mata uang rupiah telah mengalami tekanan dan terlihat bergerak mendekati level Rp 16.000 terhadap dolar AS, bahkan mencapai Rp 15.852 pada pagi tadi. Perry menjelaskan bahwa penguatan dolar AS adalah faktor utama yang telah menekan nilai tukar mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah.
Perry menguraikan bahwa pada 18 Oktober 2023, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama mencapai level tinggi sebesar 106,21. Hal ini mengindikasikan penguatan sebanyak 2,6% year to date dibandingkan dengan akhir tahun 2022. Dengan kata lain, dolar AS menguat secara signifikan, dan dampaknya terasa pada mata uang dari berbagai negara.
Selain rupiah, mata uang lainnya seperti yen Jepang, dolar Australia, dan peso Filipina juga merasakan dampak penguatan dolar AS. Yen Jepang, misalnya, mengalami depresiasi sebesar 12,44% year to date, sementara dolar Australia melemah sebanyak 6,61%, dan euro, mata uang kawasan Eropa, juga melemah sebesar 1,4% year to date. Mata uang Asia seperti ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina juga tidak luput dari tekanan, dengan masing-masing mengalami depresiasi sebesar 7,23%, 4,64%, dan 1,735% year to date.
Meskipun rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS, Perry menyatakan bahwa kondisi ini masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa mata uang lainnya. Rupiah mengalami depresiasi sebesar 1,03% year to date terhadap dolar AS, yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang dari sejumlah negara dalam kawasan dan skala global.
Perry menggarisbawahi bahwa Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meskipun menghadapi tekanan dari faktor eksternal, BI tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas mata uang rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya. Langkah-langkah stabilisasi ini diambil untuk mendukung upaya pengendalian harga-harga yang diimpor dari luar negeri, yang menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi dan menghadapi ketidakpastian di pasar keuangan global.
Mengenai langkah-langkah ke depan, Perry mengungkapkan bahwa BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Hal ini penting mengingat tingginya tingkat ketidakpastian di pasar keuangan global. Upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah yang stabil adalah langkah strategis untuk mendukung upaya pengendalian harga-harga yang berasal dari impor. Dalam situasi yang penuh tantangan, BI bertekad untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan menjalankan peran pentingnya sebagai bank sentral.
Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan BI akan tetap berfokus pada menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan bahwa ekonomi Indonesia tetap tangguh dalam menghadapi tekanan eksternal yang mungkin muncul di masa mendatang. Langkah-langkah ini akan menguntungkan perekonomian nasional dan membantu melindungi kepentingan rakyat Indonesia dalam menghadapi perubahan dalam dinamika pasar global yang penuh ketidakpastian. Dengan demikian, BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas mata uang dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini
Tinggalkan Komentar