Hamas dan Otoritas Palestina menyambut baik resolusi Majelis Umum PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Resolusi disetujui PBB saat Israel meningkatkan serangan di Gaza sebagai balasan serangan Hamas 7 Oktober.
“Kami menuntut penerapannya segera untuk memungkinkan masuknya bahan bakar dan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil,” kata pernyataan Hamas seperti diberitakan AFP, Jumat (27/10).
Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina juga menyampaikan hal serupa. Mereka menilai resolusi yang tercapai dalam Majelis Umum PBB menjadi bukti penolakan global terhadap agresi Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ketika kampanye Israel mencapai puncak kebrutalan baru, ada posisi internasional yang kuat menolak agresi Israel yang tidak terkendali.”
Sebelumnya, Majelis Umum PBB menyetujui resolusi yang mengupayakan gencatan senjata untuk kemanusiaan segera di Gaza antara Israel dan militan Palestina, Hamas. Mereka juga menuntut akses bantuan ke Jalur Gaza dan perlindungan warga sipil.
Resolusi tersebut dirancang negara-negara Arab, tidak mengikat, tapi memiliki bobot politik seiring dengan meningkatnya serangan dan niatan operasi darat Israel di Gaza sebagai balasan gempuran Hamas pada 7 Oktober.
Duta Besar Yordania untuk PBB Mahmoud Hmoud yang berbicara atas 22 negara Arab meminta tindakan segera dari badan dunia yang beranggotakan 193 negara tersebut.
Keputusan diambil dengan mengantongi 120 suara mendukung dari anggota. Sementara itu, 45 suara abstain, dan 14 suara menolak, termasuk Israel dan Amerika Serikat yang mengkritik resolusi itu tak menyinggung serangan Hamas pada 7 Oktober.
Penolakan keras Israel
Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan berang ketika melihat mayoritas anggota Majelis Umum PBB setuju dengan resolusi tersebut.
Ia menyatakan PBB tak lagi memiliki legitimasi atau relevansi. Suara mayoritas terhadap resolusi itu disebut sebagai “penghujatan” dan Israel menyatakan bakal terus mempertahankan diri.
“Israel tidak akan menghentikan operasi tersebut sampai kemampuan teror Hamas dihancurkan dan sandera kami dikembalikan,” kata Gilad Erdan dalam pengambilan suara.
“Dan satu-satunya cara untuk menghancurkan Hamas adalah mengusir mereka dari terowongan dan kota teror bawah tanah mereka,” tuturnya seperti diberitakan AP.
Penolakan keras juga diutarakan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen. Melalui unggahan di media sosial, ia mengatakan resolusi gencatan senjata untuk kemanusiaan adalah seruan tercela.
“Kami langsung menolak seruan tercela Majelis Umum PBB untuk melakukan gencatan senjata,” tulis Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen di X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“Israel bermaksud melenyapkan Hamas sama seperti dunia menghadapi Nazi dan ISIS,” ia menegaskan.
Penolakan terhadap gencatan senjata sudah disuarakan Israel sejak awal, seperti dalam sesi darurat pada Kamis (26/10). Gilad Erdan kala itu menyatakan gencatan senjata untuk kemanusiaan hanya menguntungkan kelompok militan Palestina.
“Gencatan senjata berarti memberi Hamas waktu untuk mempersenjatai mereka sendiri sehingga mereka bisa membantai kami lagi,” kata Erdan kala itu.
Namun, seruan untuk gencatan senjata disetujui mayoritas anggota Majelis Umum PBB karena sekaligus menyatakan perlindungan warga sipil Palestina yang menghadapi pemboman terus-menerus oleh Israel di Gaza.
Resolusi itu juga menyoroti pengiriman makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar yang sangat dibutuhkan setelah blokade dilakukan Israel belakangan ini.
Seruan gencatan senjata untuk kemanusiaan diumumkan bersamaan dengan meningkatnya serangan Israel ke Gaza. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengindikasikan invasi darat ke Gaza dimulai.
Hal tersebut disampaikan ketika Israel dilaporkan melakukan pengeboman besar-besaran di bagian utara Gaza hingga membuat jalur komunikasi dan sebagian besar internet di sana terputus, seperti diutarakan Hamas.
“Dalam beberapa jam terakhir, kami mengintensifkan serangan di Gaza,” kata Laksamana Muda Daniel Hagari seperti diberitakan Reuters, Jumat (27/10), sambil mengakui peningkatan serangan sangat signifikan.
Kantor media pemerintah Hamas menuduh Israel mengambil tindakan tersebut “untuk melakukan pembantaian dengan serangan balasan berdarah dari udara, darat dan laut,” ketika serangan besar-besaran melanda Gaza utara.
Sementara itu, sayap bersenjata kelompok Islam Hamas mengatakan pihaknya membalas dengan roket salvo yang ditujukan ke Israel.