Hari-hari berikutnya harus dijalani Faik dengan kesunyian. Ihsan memang selalu menemaninya setiap saat. Bahkan ia tidak rela bila harus melepaskan Faik saat ia harus buang air di kamar mandi. Ia mengikuti Faik dan menggedor-gedor pintu kamar mandi sampai ibunya itu membukakan pintu.
Saat ada Bu Sukma, Ihsan biasanya akan dibujuk dan diajak bermain bersama. Walaupun bukan tugas Bu Sukma untuk menjaga Ihsan, namun beliau menyayangi Ihsan seperti cucunya sendiri.
Perasaan Faik biasanya tidak akan bermasalah saat Ihsan terbangun. Anaknya itu selalu berhasil menyita semua pikiran Faik. Namun, setelah Ihsan tidur di malam hari, kesunyian akan membuat Faik merasa sedih sekali. Ia sudah tidak pernah menunggu suaminya untuk makan malam karena suaminya itu selalu saja lembur.
Suaminya itu bahkan sudah mulai tidak ada waktu untuknya dan Ihsan saat akhir pekan. Selalu saja ada agenda yang harus dilakukan Fadli saat akhir minggu. Entah itu menemani atasannya bermain golf, mengantar klien ke suatu tempat atau yang lainnya.
Faik pernah mencoba berbicara dengan Fadli tentang hal ini. Ia dengan jujur mengatakan bahwa ia sangat keberatan dengan kebiasaan baru Fadli yang selalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan kantornya. Namun, Fadli yang biasanya sudah terlalu lelah saat berada di rumah, hanya mengatakan bahwa ia melakukan semua ini demi Faik dan Ihsan.
Saat Faik agak mendesak suaminya lebih lanjut, suaminya itu malah marah dan akhirnya masuk ke kamar lain di rumahnya dan menguncinya dari dalam. Sejak saat itu, Fadli tidak pernah lagi tidur di kamar mereka, membiarkan Faik tidur berdua dengan Ihsan di kamar mereka. Faik bertambah kecewa dengan suaminya itu.
Selain itu, setelah berkali-kali mendapatkan penolakan untuk berdiskusi dengan suaminya, Faik akhirnya menyerah. Ia pasrah saja dengan keadaan.
Di lain pihak, Fadli sebenarnya memilih tidur di kamar lain karena tidak ingin mengganggu istrinya. Ia selalu pulang larut malam.
Ia sebenarnya sangat tidak menyukai yang ia lakukan. Ia benci harus bekerja hingga larut malam. Ia benci harus bertengkar dengan istrinya. Ia benci harus menghabiskan waktu bersama rekan kerja dan atasan-atasannya saat akhir pekan. Namun, ia selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia melakukan ini untuk istrinya dan anaknya.
Ia berpikir bahwa istrinya sudah mengorbankan banyak sekali untuknya. Ia merasa bahwa pengorbanannya sangat tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh istrinya. Oleh sebab itu, ia bersikeras dan terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia perlu melakukan semua ini demi istri dan anaknya.
Istrinya itu memang berkata untuk tidak terlalu memikirkan tentang uang. Istrinya itu bahkan memberikan izin padanya untuk menggunakan uang tabungannya. Namun, Fadli berpikir kepala rumah tangga macam apa dia kalau sampai menggunakan uang pribadi istrinya.
Fadli masih sangat mencintai istrinya. Rasa-rasanya cintanya tidak berkurang sedikit pun sejak pertama kali mereka bertemu.
Fadli merasa putus asa karena tidak bisa membantu istrinya apa-apa. Ia merasa istrinya itu begitu ahli mengurus segalanya. Ia merasa tugasnya hanya harus bekerja lebih keras demi bisa menyediakan yang terbaik bagi istri dan anaknya.
Pasangan suami-istri itu semakin menjauh satu sama lain hari demi hari. Fadli benar-benar menepati janjinya untuk mencarikan pengasuh terbaik bagi Ihsan agar istrinya tidak terlalu lelah mengurus Ihsan sendirian. Setelah bertanya kesana dan kemari, Fadli akhirnya mendapatkan seorang pengasuh anak yang bersedia untuk bekerja sesuai dengan kesepakatannya dengan Faik dulu, yaitu tidak menginap di rumah mereka.
Faik semakin bingung dengan tingkah suaminya. Ia berpikir bahwa suaminya itu sudah tidak peduli dengannya lagi. Terlebih lagi, mereka sudah tidak pernah melakukan hubungan suami istri lagi sejak lama.
Faik bingung mengapa Fadli justru memberikan pengasuh untuk Ihsan jika memang suaminya sudah tidak peduli dengannya lagi. Sewaktu ia menanyakan maksud suaminya memberikan pengasuh bagi Ihsan, suaminya itu hanya menjawab dengan ringan bahwa ia melakukan hal itu untuk membantu istrinya.
Faik benar-benar tidak habis pikir dengan suaminya. Ia sendiri masih sangat mencintai Fadli. Namun, apa yang bisa ia perbuat kini? Ia hanya harus berpura-pura baik-baik saja agar ia bisa mengasuh Ihsan dengan baik. Ia tidak ingin meracuni Ihsan dengan pikiran-pikiran negatifnya.
Sejak kedatangan pengasuh Ihsan untuk membantunya, Faik menjadi memiliki waktu luang lebih banyak. Ihsan pada awalnya memang menolak pengasuh barunya tersebut. Namun, Faik harus mengakui bahwa pengasuh yang dicarikan oleh suaminya itu benar-benar ahli.
Ia terus mendekati Ihsan sampai akhirnya anaknya itu luluh dengannya. Walaupun begitu, Ihsan tetap selalu mencarinya setiap beberapa saat. Oleh karenanya, Faik tetap memutuskan untuk tetap di rumah saja.
Kehadiran pengasuh barunya itu memang membuatnya tidak terlalu capek saat malam. Namun, itu berarti ia akan lebih sulit untuk tidur di malam hari. Terlebih lagi dengan ketidakhadiran suaminya di sisinya pada saat itu.
1 Komentar