Novel : Kisah Dua Hati (Part 1)

kisah dua hati

Kisah Dua Hati
(Couple Goals Se-Indonesia)

“Bikin Iri Setengah Mati,  Romantisnya Arumi Kinara dan Gautama Aditia jadi perbincangan Netizen.”  Itu adalah tagline yang barusan Arumi lihat di salah satu akun gosip paling besar di Indonesia. Arumi menarik nafas perlahan kemudian menghembuskannya sekuat mungkin untuk bisa menghentikan kegundahan hatinya. Setelahnya, Arumi melihat keluar kaca mobil yang menampilkan gedung salah satu stasiun Tv terbesar di Indonesia.

Hari ini, Arumi diundang menjadi salah satu bintang tamu di acara bincang-bincang pagi dengan tema “Pasangan Hot News Vs Pasangan Couple Goals Indonesia”.  Ia diminta untuk memberikan tips dan trik bagaimana mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Pertama kali mendengar hal tersebut dari Caca membuat Arumi tertawa terbahak-bahak. Pasalnya, kebanyakan keharmonisan rumah tangga selebritas di Indonesia raya ini tidak seharmonis yang terlihat di media. Rumah tangga Arumi dan Gautama salah satunya.

“Gue benaran harus kasih tips dan trik cara menjaga keharmonisan rumah tangga?” Arumi melirik Caca, manajernya.

Caca mengangguk. “Menurut Lo?” tanya Caca sewot. “Rum, pikirin citra baik yang selama ini sudah Lo bangun susah payah. Siapa suruh waktu nikah Lo ngomong sehidup semati bareng Gautama?” ejek Caca sembari tertawa kecil.

Arumi menatap tajam Caca sambil menahan diri yang hendak mengeluarkan semua makia kepada Caca. “Mana Gue tau kalau Gautama laki-laki brengsek!”

Caca mengedikkan bahu tidak ingin kembali mencari perkara. Ia hanya mengedikan dagunya untuk mengisyaratkan pada Arumi bahwa Gautama telah berdiri di depan gedung Trams Tv untuk menyambut sang istri tercinta. “Suami tercinta Lo uda nunggu di depan, tuh.”

Arumi memejamkan mata. Mendadak kepala wanita yang tengah hamil muda tersebut terasa pusing dan mualnya tiba-tiba kambuh. “Duh. Tiba-tiba Gue Mual,” gerutu Arumi. “Kita bisa pulang aja gak, sih? Males banget Gue sebenarnya syuting bareng Tama. Emosi Gue naik terus kalau lihat tampang sok polos dia,” keluh Arumi.

“Jangan aneh-aneh, Lo!”

“Oke-oke!” Dengan berat hati Arumi keluar dengan senyuman setulus mungkin.

Ia melangkah menghampiri Gautama yang memang sejak tadi sudah berada di Trams TV karena ada jadwal syuting rutin.

“Kok baru sampai?” tanya Gautama. Pria itu menuntun langkah sang istri untuk masuk ke dalam gedung Trams Tv.

“Macet,” jawab Arumi sekenanya. Ia benar-benar muak sekali melihat wajah Gautama.

Gautama mengangguk paham. Ia memilih diam tanpa kembali membantah atau mencari celah untuk bisa berkomunikasi dengan Arumi.