Novel : Choose Happiness (Part 19)
Bab. 19 Kembali Ke Indonesia
“Amora” Daren langsung melepaskan pelukan perempuan yang tak lain tak bukan adalah Nasyla.
Setelah melihat siapa perempuan itu, Amora pun membalikkan badannya dan berjalan pergi. Melihat Amora yang menjauh darinya membuat Daren langsung berjalan cepat untuk mengejarnya dan berhasil menghentikan perempuan itu, “Ra, dengerin penjelasan saya dulu.”
Merasa pergelangan tangannya yang dipegang oleh Daren membuat Amora langsung menghempaskan tangan besar itu, “Ngga ada yang perlu dijelasin. Semua udah jelas.”
“Apa?, apa yang jelas, Ra?” tanya Daren.
“Kamu sengaja kan nyuruh dia ke sini?. Karena emang rencana kamu, setelah selesai liburan sama aku, kamu mau lanjut liburan sama dia. Udah lah, semua udah jelas.”
“Selamat menikmati liburan kalian, biar aku aja yang pulang ke Indonesia” ucap Amora yang lalu berjalan cepat meninggalkan Daren yang masih berdiri di tempat.
Saat hendak menyusul langkah Amora, Nasyla langsung menghentikan Daren dengan memeluk laki-laki itu dari belakang, “Jangan tinggalin aku lagi.”
“Lepaskan saya, Syla” ucap Daren dengan nada datar andalannya.
“Ngga mau. Aku ngga akan pernah biarin kamu sama Amora, kamu masih punya aku” jawab Nasyla yang semakin memeluk Daren dengan sangat erat.
“Kita udah putus, Syla. Dan lagi, kamu hanya saya sewa bukan?, dulu kamu juga setuju jika suatu saat nanti kamu saya putuskan” ujar Daren yang lalu memegang tangan Nasyla untuk melepaskannya dari tubuhnya.
Tapi Nasyla tetap tidak ingin melepaskan tangannya dari tubuh Daren, “Putus itu terjadi dengan keputusan dua orang, Sayang. Bukan hanya kamu.”
Dengan tangan yang terkepal sempurna Daren akhirnya berhasil melepaskan pelukan Nasyla darinya, “Sebaiknya kamu cerna baik-baik dulu perjanjian yang sudah kita buat.”
“Dan jika sampai Amora kenapa-napa karena kamu, saya ngga akan pernah maafin bahkan lepasin kamu” ujar Daren yang lalu menyusul Amora yang sudah lama menghilang dari pandangannya.
Ternyata Amora kini sudah berada di kamar hotel dan tengah memasukkan barang-barangnya ke dalam koper dengan sangat tergesa-gesa hingga tidak ada satu barang pun yang tertata dengan rapi di dalam kopernya.
Setelah Amora rasa bahwa semua barangnya telah dia bawa, Amora pun menghembuskan nafasnya sejenak seraya menatap semua sudut kamar itu sebelum pergi dari sana dengan menaiki salah satu dari 2 lift yang ada di lantai itu untuk turun menuju lobby.
Di sisi lain terlihat Daren yang berada di lobby tengah berjalan dengan sangat cepat menuju lift yang baru saja sampai di lobby dengan membawa beberapa orang, setelah itu Daren pun menekankan tombol yang bertuliskan angka tempat kamarnya berada.
Di waktu yang bersamaan tetapi dengan lift yang berbeda, mereka saling melewatkan. Amora di lift yang turun ke lobby, sedangkan Daren menaiki lift menuju kamarnya berada.
Sesampainya di lobby, Amora langsung keluar dari hotel mewah itu dan menaiki sebuah taxi yang telah dia pesan untuk menghantarkannya menuju bandara CDG.
Dan kini di waktu bersamaan terlihat Daren yang baru saja memasuki kamarnya yang sudah cukup kosong. Melihat itu Daren semakin panik, dia pun mencari-cari keberadaan barang-barang Amora yang ternyata sudah tidak ada satu pun di sana.
“Raa…” lirih Daren saat melihat tidak ada satu pun barang milik Amora yang dia temukan di kamar hotelnya itu.
Setelah mengusap kasar wajahnya, Daren pun mengambil benda pipih miliknya dan mulai menelfon Amora, Daren semakin frustasi saat beberapa kali telfon darinya selalu ditolak oleh Amora. Tapi akhirnya setelah ke-17 kalinya, Amora pun dengan kesal menerima telfon tersebut.
“Ra.”
“Apa sih, Kak?”
“Dengerkan penjelasan saya dulu, itu semua tidak seperti yang kamu bilang tadi. Saya bisa jelaskan semuanya dari awal hingga akhir, saya mohon jangan salah paham dulu” ujar Daren dengan nada yang sangat menggambarkan ke-frustrasiannya.
“Ngga perlu, Kak. Mau kayak gimana pun, apa yang tadi kulihat itu nyatakan?” ucap Amora yang kini masih berada di dalam mobil taxi.
“Kita ngga bisa bicara di telfon, kita harus bertemu. Beritahu saya di mana kamu sekarang?” tanya Daren.
Amora terdiam sejenak, “Ra.”
Suara Daren yang terdengar tepat di telinga Amora membuat perempuan itu sedikit tersentak dan berujung tersadar dari lamunannya, “Aku udah mau nyampe di bandara.”
“Kamu ngapain di sana?” tanya Daren dengan nada yang seperti menahan marah dan nada tinggi.
“Bukannya aku udah bilang kalau aku bakal pulang ke Indonesia?. Kenapa masih nanya lagi?” jawab Amora dengan ketusnya.
“Engga, kamu harus pulang sama saya. Tunggu saya” ucap Daren yang lalu mematikan telfon tersebut dan langsung membereskan barang-barangnya juga secepat mungkin.
Tapi sayangnya, segala usaha yang telah Daren lakukan siang itu sia-sia. Karena sesampainya dirinya di bandara CDG itu, pesawat yang ditumpangi oleh Amora sudah lepas landas di udara bertepatan ketika dia sampai di sana, tepatnya di sekitar pukul setengah 4 sore.
Melihat itu Daren pun benar-benar menyesal, dia marah kepada dirinya sendiri, “Sayang, kamu ngapain di sini?” tanya Nasyla yang lalu memegang lengan Daren.
1 Komentar