Apa itu ‘Jam Koma Gen Z’?
Belakangan ini, istilah ‘Jam Koma Gen Z’ menjadi perbincangan hangat di kalangan Gen Z.
Terutama di berbagai platform media sosial seperti TikTok dan X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
Tren ini berkembang pesat setelah banyak video yang memperlihatkan seseorang tampak kebingungan atau seperti “hilang kesadaran” di tempat umum.
Istilah jam koma gen z kemudian viral karena banyak orang merasa pernah mengalami momen serupa dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu video yang viral adalah ketika seorang wanita tampak asyik membeli es krim di minimarket.
Namun dia lupa mengambil barang belanjaannya dan harus diingatkan oleh orang lain.
Situasi ini menjadi bahan tawa, namun juga mengundang perhatian netizen karena menggambarkan bagaimana seseorang bisa “blank” atau kehilangan fokus dalam sekejap. Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian.
Tetapi juga menggambarkan bagaimana gaya hidup modern yang padat dan penuh tekanan bisa berdampak pada kemampuan seseorang untuk tetap fokus dan berkonsentrasi.
Kenapa ‘Jam Koma Gen Z‘ Bisa Terjadi?
Fenomena ‘Jam Koma Gen Z’ sebenarnya tidak sepenuhnya baru. Sejak dulu, kita sering menemukan momen di mana seseorang kehilangan konsentrasi. Seringkali akibat kelelahan fisik dan mental.
Namun, yang membuat istilah ini menarik adalah bagaimana Gen Z berhasil memopulerkannya melalui media sosial dengan gaya yang kreatif dan relatable.
Mereka mampu mengemas situasi yang pada dasarnya biasa menjadi sesuatu yang menarik untuk dibicarakan dan dikomentari di ruang digital.
Kehidupan modern yang serba cepat, ditambah dengan multitasking yang hampir menjadi kebiasaan sehari-hari, dapat menyebabkan kelelahan, baik secara fisik maupun mental.
Kelelahan ini sering kali menyebabkan penurunan fokus dan konsentrasi.
Sehingga seseorang bisa melakukan tindakan yang tampak “konyol” seperti dalam video-video ‘Jam Koma Gen Z’ yang viral tersebut.
Dari perspektif psikologis, kondisi ini sangat erat kaitannya dengan apa yang disebut sebagai kelelahan kognitif.
Apa Itu Kelelahan Kognitif yang Mirip dengan “Jam Koma Gen Z”?
Secara medis, fenomena ‘Jam Koma Gen Z’ bisa dihubungkan dengan kelelahan kognitif, atau yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai cognitive fatigue.
Kelelahan kognitif adalah kondisi di mana kemampuan otak untuk berpikir secara efektif dan mempertahankan fokus menurun drastis.
Kelelahan kognitif biasanya dipicu oleh berbagai faktor.
Seperti stres, kurang tidur, beban kerja yang berlebihan, serta masalah kesehatan mental.
Saat kamu mengalami kelelahan kognitif, otak akan kesulitan untuk memproses informasi dengan baik.
Sama seperti kelelahan fisik yang membuat tubuh lelah, kelelahan mental atau kognitif membuat otak kehilangan energinya untuk berpikir jernih.
Akibatnya, kamu bisa jadi lupa, sering melakukan kesalahan, atau merasa kesulitan dalam berkonsentrasi.
Aktivitas yang membutuhkan fokus tinggi, seperti bekerja atau belajar, dapat menjadi sangat melelahkan bagi otak ketika kamu berada dalam kondisi kelelahan kognitif ini.
Gejala Kelelahan Kognitif
Kelelahan kognitif memiliki beberapa gejala yang cukup mudah dikenali.
Menurut psikolog David Tzall, Psy.D, gejala-gejala ini bisa bervariasi.
Tergantung pada tingkat kelelahan yang dialami. Beberapa gejala umum yang bisa kamu rasakan antara lain:
- Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mempertahankan fokus saat melakukan tugas atau mengikuti percakapan.
- Membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas yang biasanya dilakukan dengan cepat.
- Sering lupa dan kesulitan mengingat informasi atau peristiwa yang baru terjadi.
- Penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah atau berpikir kritis.
- Kreativitas yang menurun dan sering merasa stuck dalam menghadapi masalah.
- Sering melakukan kesalahan yang seharusnya mudah dihindari.
Gejala-gejala ini umumnya disebabkan oleh berbagai faktor.
Seperti kurang tidur, stres berlebihan, beban kerja mental yang terlalu berat, multitasking, dan faktor lingkungan yang tidak mendukung.
Selain itu, pola makan yang buruk dan kurangnya asupan nutrisi juga dapat memperburuk kondisi kelelahan kognitif.
Penyebab Kelelahan Kognitif
Ada banyak hal yang bisa memicu kelelahan kognitif, mulai dari gaya hidup hingga kondisi kesehatan mental. Beberapa penyebab utama dari kelelahan kognitif meliputi:
Kurang tidur
Tidur yang tidak cukup atau kualitas tidur yang buruk adalah salah satu penyebab utama kelelahan kognitif. Ketika tubuh dan otak tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup, kemampuan untuk fokus dan berpikir jernih akan menurun.
Stres berlebihan
Tekanan yang terlalu besar, baik dari pekerjaan, kehidupan pribadi, maupun faktor-faktor lain, dapat menyebabkan otak kelelahan. Stres yang berkepanjangan juga bisa memperburuk kemampuan otak dalam memproses informasi.
Beban kerja mental yang berat
Melakukan tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi secara terus-menerus tanpa jeda bisa menyebabkan kelelahan mental yang signifikan.
Kondisi ini sering dialami oleh mereka yang harus bekerja dengan tenggat waktu ketat atau yang terlibat dalam pekerjaan multitasking.
Faktor lingkungan
Pencahayaan yang buruk, kebisingan, serta lingkungan yang tidak nyaman dapat memengaruhi kemampuan otak untuk berkonsentrasi. Terlalu lama berada dalam lingkungan yang tidak kondusif bisa mempercepat terjadinya kelelahan kognitif.
Pola makan yang buruk
Kekurangan nutrisi, terutama yang dibutuhkan oleh otak seperti vitamin B, omega-3, dan zat besi, dapat memperburuk kondisi kelelahan kognitif. Pola makan yang seimbang sangat penting untuk menjaga kesehatan otak.
Cara Mengatasi Kelelahan Kognitif
Jika kamu merasa sering mengalami gejala-gejala kelelahan kognitif, penting untuk segera mengambil tindakan agar kondisi tersebut tidak semakin parah. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi kelelahan kognitif:
Istirahat secara teratur
Jangan ragu untuk mengambil jeda di tengah aktivitas padat kamu. Istirahat yang cukup sangat penting untuk memulihkan energi otak.
Perbaiki kualitas tidur
Tidur yang cukup dan berkualitas akan sangat membantu dalam memperbaiki fungsi otak dan mengurangi kelelahan kognitif.
Atur beban kerja
Cobalah untuk tidak melakukan terlalu banyak hal dalam satu waktu. Fokuslah pada satu tugas sebelum berpindah ke tugas lainnya.
Konsumsi makanan sehat
Pastikan otak kamu mendapatkan nutrisi yang cukup dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin, mineral, dan omega-3.
Tinggalkan Komentar