6 Cara Memandang Ujian Agar Terasa Ringan

6 Cara Memandang Ujian Agar Terasa Ringan

Cara Memandang Ujian Agar Terasa Ringan

Ujian adalah cara Allah untuk menilai kesabaran dan keimanan seorang hamba. Terkadang, semakin tinggi tingkat keimanan seorang hamba maka semakin besar pula tingkat ujian yang menimpanya.

Lantas, kenapa Allah menguji orang-orang yang beriman?

Jawabannya adalah agar orang-orang yang beriman itu tidak manja, dan tidak jatuh hati kepada dunia.

Seseorang yang merasakan kenikmatan-kenikmatan dunia terus-menerus dapat membuatnya lalai bahkan menjauh dari Allah.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Fawaidul Fawaid menuliskan 6 kacamata seorang hamba untuk membaca ujian-ujian yang diberikan Allah. Berikut ini penjelasannya.

  • Keridaan

Seorang hamba harus menanamkan pada dirinya sikap rida. Bahwa hidup yang diberikan Allah ini bukan miliknya. Anak-anak, rumah, kendaraan, semua hanya titipan yang sewaktu-waktu bisa Allah ambil kapan pun Allah mau.

Kita bisa belajar dari Ummu Sulaim yang begitu rida saat kehilangan putra tercintanya.

Dikisahkan Abu Umair, putra tercintanya meninggal dunia saat sang suami, Abu Thalhah sedang tidak di rumah.

Saat Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim berdandan dan menjamu suaminya sebaik mungkin. Saat ditanya kabar putranya, Ummu Sulaim menjawab, “Dia sudah lebih baik dari sebelumnya.”

Malam itu, Ummu Sulaim bermalam laksana pengantin baru bersama sang suami. Keesokan harinya, Abu Thalhah kembali bertanya tentang keadaan putranya. Ummu Sulaim dengan begitu tenang berkata, “Suamiku, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang dipinjami suatu barang, lalu si pemberi pinjaman mengambil kembali barang pinjamannya. Apakah boleh orang yang dipinjami menolak?”

“Tentu tidak boleh,” sahut Abu Thalhah.

“Ketahuilah suamiku, anakmu adalah titipan Allah, dan Allah telah mengambilnya darimu,” ucap Ummu Sulaim.

Abu Thalhah marah mendengar penjelasan istrinya. Bagaimana mungkin dia bermalam bersama istrinya sementara di sebelah, sang putra tercinta sudah tak bernyawa. Abu Thalhah menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah memuji sikap Ummu Sulaim dan mendoakan keberkahan untuk keduanya.

Berkah doa Rasulullah, Ummu Sulaim kemudian mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Thalhah. Dari Abdullah, lahir sembilan anak yang kesemuanya penghafal Al-Quran.

Subhanallah, berkah dari rida begitu indah, ya.

  • Keadilan

Allah itu Maha Adil. Ujian yang terasa berat itu, sudah diberikan Allah sesuai kadarnya untuk setiap hamba. Tidak kurang atau lebih. Sesuai porsinya masing-masing.

“Allah nggak adil! Kenapa Allah mengujiku seberat ini?” Pernah ada teriakan seperti ini?

Sebenarnya, bukan Allah yang tidak adil, tapi ilmu kitalah yang belum sampai.

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).”(QS. Fussilat:46)

  • Kasih Sayang

Ujian sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya. Dengan diuji sakit, misalnya, akan membuat hamba tersebut mendekat kepada Allah.

Diuji kehilangan harta, bisa jadi karena Allah begitu sayang. Allah tidak ingin hamba tersebut sibuk mengurusi dunia hingga lalai mengumpulkan bekal akhirat.

Diuji kesulitan, bisa jadi karena Allah ingin memudahkan hisab hamba tersebut kelak saat hari pembalasan.

Jika kita memandang ujian sebagai bentuk kasih sayang dari Allah, yakinlah, hati akan jauh lebih tenang.

  • Hikmah

Ada banyak sekali hikmah dari ujian yang Allah berikan. Ustaz Oemar Mietta menyampaikan, salah satu hikmah diusirnya Rasulullah dari kota Mekkah adalah karena Allah ingin menghadiahkan kota Madinah.

“Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S. Al-Baqarah: 269).

  • Dipuji

“Orang yang diuji, tapi dia tetap memuji, maka dia tidak akan pernah merugi.” Begitu kata para ulama.

Rasulullah juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memuji Allah dalam keadaan susah maupun senang.

“Kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan ‘Alhamdulillah alladzi bini’matihi tatimmus shaalihat. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan ‘Alhamdulillahi ‘ala kulli haal.”
(HR Ibnu Majah 3803)

  • Ibadah

Ujian adalah bentuk ibadah seorang hamba. Sebagai hambanya Allah, tentu Allah berhak melakukan apa saja, termasuk memberikan ujian-ujian hidup.

Tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang tidak Allah uji. Namun yakinlah, Allah akan memberi balasan dengan sebaik-baiknya.

“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.”
(QS. Maryam:93)

Demikian 6 kacamata memandang ujian. Semoga kita senantiasa bisa mengambil hikmah dalam setiap ujian yang Allah berikan.

***

Tentang Penulis

Siti Ayu Balqis yang belakangan lebih dikenal dengan nama pena Ayunda Balqis ini lahir pada 19 Mei 1995. Penulis saat ini tinggal di kota lemang, Tebing Tinggi.

Tempat nongkrongnya penulis keren