Krisis Kematian Massal Paus Abu-Abu: Dampak Perubahan Iklim di Arktik

Krisis Kematian Massal Paus Abu-Abu: Dampak Perubahan Iklim di Arktik
Krisis Kematian Massal Paus Abu-Abu: Dampak Perubahan Iklim di Arktik

Sejak tahun 1980-an, wilayah lepas pantai barat Amerika Utara telah menjadi saksi dari serangkaian peristiwa kematian massal paus abu-abu (Eschrichtius Robustus) yang mengguncang dunia ilmu pengetahuan dan konservasi. Paus abu-abu, yang dikenal sebagai hewan raksasa yang mengembara di lautan, menjadi korban dalam tiga peristiwa besar kematian massal yang terjadi sejak era 1980-an hingga tahun 2019. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan serius, mengingat penurunan populasi paus abu-abu mencapai 15% hingga 25% setiap tahunnya. Selama periode tersebut, lebih dari 2.000 paus abu-abu diketahui telah meninggal.

Peristiwa kematian massal pertama tercatat antara tahun 1987 dan 1989, dan merupakan yang terbesar sepanjang sejarah, dengan sedikitnya 700 paus yang menjadi korban. Peristiwa kematian kedua terjadi antara tahun 1999 dan 2000, mengakibatkan kematian 651 paus. Kemudian, peristiwa terakhir yang terjadi pada tahun 2019 menewaskan lebih dari 70 paus abu-abu dalam enam bulan. Saat ini, pada tanggal 26 September 2023, jumlah paus yang telah mati mencapai angka 688, menyisakan banyak tanda tanya di kalangan ilmuwan dan pengamat.

Krisis Kematian Massal Paus Abu-Abu: Dampak Perubahan Iklim di Arktik
Krisis Kematian Massal Paus Abu-Abu: Dampak Perubahan Iklim di Arktik

Penyebab pasti dari peristiwa kematian massal paus abu-abu ini belum sepenuhnya dipahami. Namun, studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science pada 12 Oktober 2023, memberikan pandangan baru yang menghubungkan peristiwa ini dengan perubahan dramatis di kondisi Arktik. “Ini adalah perubahan populasi ekstrem yang tidak kami perkirakan akan terjadi pada spesies besar berumur panjang seperti paus abu-abu,” kata Joshua Stewart, seorang asisten profesor di Marine Mammal Institute Oregon State University.

Penting untuk memahami bahwa kondisi Arktik berperan kunci dalam kelangsungan hidup paus abu-abu. Lapisan es yang melindungi wilayah Arktik berperan penting dalam menentukan keberhasilan perburuan paus abu-abu. Dalam beberapa tahun, ketebalan es yang tidak biasa dapat menghambat perjalanan paus abu-abu ke wilayah Bering dan Chukchi, tempat mereka menghabiskan musim panas dengan mencari makanan berupa krustasea berlemak. Setelah itu, mereka bermigrasi kembali ke selatan. Ketika lapisan es Arktik menjadi lebih tebal dari biasanya, hal ini dapat menghambat akses paus ke wilayah tersebut, mengurangi ketersediaan makanan dan mengganggu siklus reproduksi mereka.

Dalam kasus peristiwa terakhir, hilangnya lapisan es laut di Arktik menjadi salah satu faktor kunci yang memicu kematian massal paus abu-abu. Es laut Arktik mengandung banyak ganggang yang hidup di bawahnya. Ganggang-ganggang ini, yang tumbuh di bawah es, memberikan makanan bagi hewan-hewan dasar laut, termasuk krustasea yang menjadi makanan utama paus abu-abu. Dengan berkurangnya lapisan es laut, pasokan makanan menjadi terbatas, dan paus abu-abu terpaksa mencari makanan di lokasi yang lebih terbuka dan jauh dari habitat alaminya.

Selain mengurangi pasokan makanan paus abu-abu, mencairnya lapisan es laut juga memiliki dampak buruk lainnya. Hal ini membuka jalan bagi aliran laut yang lebih kuat yang menyapu sedimen dan makhluk hidup di dasar laut. Kondisi ini berpotensi merusak ekosistem laut yang selama ini menjadi sumber makanan paus abu-abu. Akibatnya, ketersediaan makanan dan kualitasnya telah menurun secara signifikan, memengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup paus abu-abu.

Tentu saja, perubahan iklim yang memengaruhi Arktik bukan satu-satunya penyebab peristiwa kematian massal paus abu-abu. Aktivitas manusia, termasuk polusi laut dan perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan pesisir, juga memiliki peran penting dalam krisis ini. Namun, penelitian ini menyoroti pentingnya lingkungan Arktik sebagai bagian integral dari ekosistem global dan ketergantungan paus abu-abu terhadap stabilitas wilayah tersebut.

Upaya konservasi dan perlindungan paus abu-abu saat ini semakin mendesak. Organisasi dan pemerintah harus bekerja sama untuk memahami dampak perubahan iklim dan aktivitas manusia terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup spesies ini. Selain itu, langkah-langkah perlindungan habitat alam paus abu-abu dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut juga sangat diperlukan.

Paus abu-abu adalah hewan yang luar biasa, dan mereka memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Krisis kematian massal ini adalah pengingat yang menyedihkan tentang bagaimana perubahan iklim dapat berdampak langsung pada makhluk-makhluk besar di laut kita. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar spesies ini tetap ada untuk generasi mendatang.

 

Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini

Redaksiku.com adalah platform konten terbaik untuk Millennials and Gen-Z yang menyajikan informasi lengkap oleh sumber terpercaya yang terbentuk pada 15 Februari 2022.