Penutupan TPAS Basirih sejak 1 Februari 2025 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memicu permasalahan besar bagi Kota Banjarmasin.
Tumpukan sampah mulai meluber ke jalanan akibat keterbatasan kapasitas pembuangan ke TPAS Regional Banjarbakula.
Hal ini terjadi karena sampah yang diproduksi warga mencapai 650 ton per hari, sementara daya tampung TPAS Regional Banjarbakula hanya 105 ton per hari.
Akibatnya, tumpukan sampah di TPS dan ruas jalan semakin menggunung, memicu kekhawatiran akan dampak kesehatan dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemerintah Kota Banjarmasin merespons kondisi ini dengan menetapkan status tanggap darurat sampah.
Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina, menggelar rapat koordinasi dengan camat, lurah, serta penggiat lingkungan untuk mencari solusi terbaik dalam menangani sampah yang terus menumpuk akibat kebijakan ini.
Dampak Penutupan TPAS Basirih bagi Kota Banjarmasin

Penutupan TPAS Basirih dilakukan karena sistem pengelolaannya masih menggunakan metode open dumping, yang bertentangan dengan kebijakan pengelolaan sampah berkelanjutan.
Dengan keterbatasan tempat pembuangan, 545 ton sampah per hari tidak memiliki tempat pembuangan yang layak.
Beberapa dampak serius yang mulai dirasakan warga Banjarmasin antara lain:
1. Sampah Menumpuk di TPS dan Jalanan
Dengan kapasitas angkut yang terbatas, banyak TPS penuh hingga meluber ke jalanan, mengganggu aktivitas masyarakat.
2. Peningkatan Risiko Penyakit
Sampah yang tidak terangkut bisa menjadi sarang lalat, tikus, dan sumber berbagai penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, serta demam berdarah.
3. Pencemaran Lingkungan
Sampah yang dibiarkan membusuk menghasilkan bau tak sedap dan mencemari air tanah akibat rembesan limbah.
4. Peningkatan Risiko Banjir
Sampah yang tidak terkendali dapat menyumbat saluran drainase, meningkatkan risiko banjir saat musim hujan.
5. Gangguan Lalu Lintas
Tumpukan sampah di pinggir jalan mengurangi ruang bagi pejalan kaki dan kendaraan, menyebabkan kemacetan di beberapa titik.
Langkah Pemkot Banjarmasin dalam Mengatasi 650 Ton Sampah Tanpa TPAS Basirih
Untuk menghadapi krisis ini, Pemkot Banjarmasin telah menerapkan beberapa strategi darurat dan jangka panjang:
1. Peningkatan Pengelolaan Sampah Mandiri
Pemkot mengimbau masyarakat untuk memilah sampah dari rumah agar volume sampah yang dikirim ke TPAS bisa dikurangi.
2. Optimalisasi Bank Sampah dan Pusat Daur Ulang
Saat ini, sekitar 41 ton sampah sudah dikelola oleh bank sampah dan pusat daur ulang di berbagai wilayah Banjarmasin.
3. Koordinasi dengan KLHK dan Pemprov Kalsel
Pemkot berencana meminta KLHK agar memberikan izin sementara untuk tetap menggunakan TPAS Basirih selama masa transisi.
4. Perpanjangan Jam Operasional TPAS Banjarbakula
Pemkot mengusulkan agar TPAS Banjarbakula tetap buka hingga malam hari agar lebih banyak sampah yang bisa diangkut dari Banjarmasin.
5. Pembuatan TPS Darurat di Tiap Kelurahan
Setiap kelurahan diminta menyediakan TPS darurat dan tempat pemilahan sampah sebelum dibuang ke TPAS.
6. Edukasi Masyarakat tentang Pengelolaan Sampah
Warga diajak untuk aktif memilah dan mengolah sampah sejak dari rumah agar tidak semuanya berakhir di TPS.
7. Pengembangan Teknologi Pengolahan Sampah
Pemkot mulai mengkaji penggunaan insinerator atau tempat pengolahan sampah modern untuk solusi jangka panjang.
Peran Masyarakat dalam Mengurangi 650 Ton Sampah Banjarmasin
Tanpa peran aktif masyarakat, krisis sampah akibat penutupan TPAS Basirih akan semakin parah. Oleh karena itu, pemerintah terus mengimbau warga untuk menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, warga diharapkan lebih aktif dalam program bank sampah dan mengurangi penggunaan sampah plastik yang sulit terurai. Dengan cara ini, jumlah sampah yang berakhir di TPS bisa berkurang secara signifikan.
Pemerintah Kota Banjarmasin terus berupaya mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis 650 ton sampah per hari. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan infrastruktur dan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai.
Namun, dengan adanya dukungan dari pemerintah pusat, masyarakat, dan sektor swasta, peluang untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih modern dan ramah lingkungan tetap terbuka lebar.
Dengan peran aktif masyarakat dalam memilah sampah serta dukungan dari berbagai pihak, diharapkan masalah ini dapat diatasi dan Kota Banjarmasin bisa memiliki sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Dengan berbagai langkah yang telah diambil, Pemkot Banjarmasin berharap dapat meminimalkan dampak dari penutupan TPAS Basirih.
Dukungan masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah di tingkat rumah tangga akan sangat krusial untuk mengatasi masalah ini.
Jika semua pihak bekerja sama, kota ini memiliki peluang besar untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik dan ramah lingkungan di masa depan. (*)
Halaman : 1 2 Selanjutnya