Jakarta, Redaksiku.com – Jumat malam atau Kamis malam. Sekilas maknanya sama, tetapi isinya sangat berbeda.
Penyebutan malam Jumat karena mengacu pada penanggalan Hijriah. Saat tanggal berubah, matahari mulai tergelincir melintasi ufuk barat.
Oleh karena itu dinamakan malam jum’at karena penanggalan malam kamis (maghrib) telah memasuki hari jum’at. Namun, jika mengacu pada kalender Gregorian, perubahan tanggal dimulai pada tengah malam.
Jadi sebutkan adalah Kamis malam. Ini karena hari Kamis sebelum pukul 00:00 masih dihitung. Sebuah istilah yang dianggap sama dan sepele, namun memiliki perspektif yang sangat substantif dan berpengaruh.
Di dimensi lain, malam Jum’at (dari perspektif penanggalan Islam) hingga matahari terbenam di ufuk barat adalah salah satu malam (hari) yang diistimewakan dan diberkahi dalam Islam. Ini adalah kutipan dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah (damai dan berkah besertanya) pernah berkata:
“Sesungguhnya pada hari Jum’at ada waktu Mustajab bagi hamba muslim untuk berdoa dan meminta sesuatu kepada Allah pada waktu itu, dan Allah pasti akan mengabulkannya.’ (H.R. Muttafaqun Alaih).
Ini juga merupakan hak istimewa Jumat malam, seperti yang dikatakan Nabi. (Sunan ad Dalimi, Al Nasai, Al Hakim).
Ada banyak hadits Nabi yang menekankan pentingnya malam dan hari Jumat. Keistimewaan menyaksikan malam Jum’at hingga terbenamnya matahari di ufuk barat adalah saat “kegembiraan” ketika para hamba memperbanyak ibadahnya. Sayangnya, malam Jumat dipandang masyarakat sebagai malam yang benar-benar kehilangan keistimewaan itu. Bahkan, malam Jumat dianggap sebagai malam yang berhubungan dengan dunia mistik. Stigma negatif yang dimunculkan antara lain:
- Jumat malam dianggap sebagai malam yang menakutkan dan mistis yang terkait dengan hantu, setan, ilmu hitam, roh pengembara, dan banyak lagi. Ada stigma bahwa “Kuriwon Friday Night” dianggap sebagai saat hantu berkeliaran, dan stigma horor lainnya. Stigma ini membantu Jumat malam menyimpang dari makna sebenarnya.
- tayangan film TV Jumat malam yang berkaitan dengan horor dan dunia gaib memperkuat stigma sebagai jam menakutkan Jumat malam. Menghadirkan tema, Anda dapat dengan jelas menemukannya di TV yang menayangkan film pada Jumat malam dan di Google yang menyatakan bahwa sebagian besar film horor ditayangkan pada hari Jumat malam.
Sungguh fenomena yang menyedihkan. Stigma bahwa Jumat malam adalah malam yang menakutkan telah lama bertahan baik di tingkat media populer maupun elektronik, tetapi belum ada upaya nyata untuk memperbaiki kesalahpahaman dan kebijakan ini. Bahkan, stigma dan keistimewaan berbagai acara Jumat malam telah melekat di benak generasi tanpa mengoreksi stigma yang salah tersebut.
Dari sudut pandang sosiologis, stigma yang ditakuti pada malam Jumat mungkin ditujukan untuk membuat lebih banyak orang menghadiri gereja di rumah. Sayangnya, bagaimanapun, tidak ada upaya nyata untuk memperbaiki kesalahpahaman tentang Jumat malam. Daripada melanggengkan kesalahan dan melanggengkan kebodohan, kita harus membenahi makna dan pedoman intelektual. Untuk memperjelas makna malam jumat, beberapa upaya telah dilakukan untuk menghilangkan stigma malam seram, antara lain:
- malam Jum’at adalah malam khusus yang diperuntukkan bagi mereka yang ingin berdoa kepada Allah. Sesungguhnya malam Jum’at adalah untuk perenungan, perenungan, menikmati keheningan, dan berdoa kepada Sang Pencipta.
- keunggulan ibadah malam Jum’at harus dikembangkan secara besar-besaran, baik di rumah, di masjid, di mushola, maupun di media sosial.
- pembuat kebijakan mendorong semua media (khususnya televisi) untuk menyiarkan program-program keagamaan daripada horor yang berhubungan dengan mistik yang berhubungan dengan dunia gaib.
Sesungguhnya malam dan Jum’at adalah salah satu hari yang dimuliakan oleh Allah SWT. Dari malam Junat sampai matahari terbenam di ufuk barat, orang-orang dianjurkan untuk berdoa lebih dari pada hari lainnya. Menurut Al-Imam Al Shafi’i dan Al-Iman Ahmad, Jumat dikatakan sebagai raja hari-hari lainnya, mengacu pada Hadits Nabi. Disebutkan bahwa:
“Jumat adalah rajanya hari di mata Allah. Lebih besar dari Idul Fitri dan Idul Fitri. Ada lima prioritas pada hari Jumat. Nabi Adam meninggal pada hari Jumat. Pada hari Jum’at ada saatnya seorang hamba tidak menuntut apa-apa kecuali Allah menuntut dosa atau memutuskan tali persaudaraan, kecuali Allah mengabulkan permintaannya. Tidak ada malaikat di dekat Allah, langit, bumi, angin, gunung atau batu kecuali Anda takut akan hari kiamat pada hari Jumat. ”
Kecerdasan masyarakat sangat diperlukan. Jika stigma mistik, gaib, dan tak menyenangkan Jumat malam masih dibiarkan disalahpahami, malam khusus ini akan kehilangan esensi sejatinya. Apakah stigma palsu yang mendefinisikan malam Jum’at sebagai waktu yang menakutkan di hati kita dan di komunitas kita masih tetap pada pentingnya malam syahid di hati dan doa kita kepada Tuhan?
Tinggalkan Komentar