Gurat senyumku jelas masih ada melihat namamu terpampang dijagat maya Tatkala cemas menjelma menjadi asa Syukurku, kita memandang langit yang sama Namamu melantun dalam pendengaran Desember keenam seiring berjalan Hangatmu yang tersisa dimusim penghujan Menyeruak bagaikan reka ulang adegan Lejarku berhamburan kesana kemari Di samudramu akankah ku temukan secercah pulau? Atau yang ku injak hanyalah semak berduri; yang membias dalam kelabu? Dinginmu tak bisa ku cegah dimusim kemarau, sebab pedulimu sudah lama tak disini. Abjad namaku tak asing dalam pelafalanmu Prolog mendebarkan tergelincir parak sekalipun Ruang temu yang selalu sama adalah penentu Walau ku tapaki dengan figur lain, jiwamu tertinggal tanpa ampun.
Ikuti berita terkini dari Redaksiku.com di Google News, klik di sini
Tinggalkan Komentar