Ratusan siswa SMKN 2 Surakarta gagal SNBP akibat kesalahan administratif yang fatal. Kesalahan ini membuat mereka kehilangan peluang emas masuk perguruan tinggi tanpa tes.
Keadaan ini memicu aksi protes besar di lingkungan sekolah. Para siswa dan wali murid menuntut kejelasan serta pertanggungjawaban dari pihak sekolah.
Mereka merasa kecewa dan marah karena kesempatan emas mereka untuk masuk perguruan tinggi tanpa tes kini sirna.
Penyebab Siswa SMKN 2 Surakarta Gagal SNBP

Penyebab utama siswa SMKN 2 Surakarta gagal SNBP adalah tidak tuntasnya finalisasi PDSS sebelum batas waktu yang ditentukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PDSS adalah sistem penting yang mencatat rekam akademik siswa dan menjadi syarat wajib bagi sekolah dalam pendaftaran SNBP.
Kementerian Pendidikan telah memberikan waktu finalisasi PDSS sejak 6 Januari hingga 31 Januari 2025.
Bahkan, ada perpanjangan hingga 30 Januari untuk memberikan kesempatan bagi sekolah yang belum menyelesaikan administrasi.
Sayangnya, hingga batas waktu tersebut, data siswa SMKN 2 Surakarta tetap belum diinput secara lengkap.
Akibatnya, seluruh siswa kelas 12 sekolah ini tidak memiliki data yang terverifikasi dalam sistem SNBP. Tanpa PDSS yang valid, otomatis mereka tidak bisa mengikuti SNBP, meskipun memiliki nilai akademik yang memadai.
Beberapa wali murid menyebutkan bahwa alasan yang diberikan pihak sekolah terkait keterlambatan ini kurang masuk akal.
Salah satu orang tua, Nayla, mengungkapkan bahwa pihak sekolah berdalih mengalami kendala jaringan. Namun, sekolah lain di kota yang sama tetap berhasil menyelesaikan finalisasi tepat waktu.
Kondisi ini menimbulkan kecurigaan bahwa ada kelalaian administratif yang menyebabkan kegagalan ini.
Para siswa yang telah belajar keras untuk mempertahankan nilai tinggi merasa usaha mereka sia-sia hanya karena kesalahan yang seharusnya bisa dihindari.
Siswa SMKN 2 Surakarta Gagal SNBP, Protes Besar Terjadi di Sekolah
Kegagalan ini memicu protes besar-besaran di lingkungan SMKN 2 Surakarta. Ratusan siswa berkumpul di halaman sekolah, membawa spanduk dan berorasi menuntut tanggung jawab dari pihak sekolah.
Mereka merasa kecewa karena harapan mereka untuk masuk PTN melalui jalur SNBP hancur akibat kelalaian administrasi.
Seorang siswa bernama Daffa mengungkapkan rasa frustasinya. Ia dan teman-temannya telah berusaha keras agar bisa memenuhi kriteria SNBP.
Namun, usaha mereka menjadi sia-sia hanya karena sekolah tidak menyelesaikan administrasi tepat waktu.
“Sudah belajar mati-matian, dapat nilai bagus, tapi tetap tidak bisa daftar SNBP. Ini benar-benar tidak adil!” ujarnya dengan nada kecewa.
Selain siswa, para orang tua juga turut serta dalam aksi ini. Mereka mendesak pihak sekolah untuk memberikan penjelasan dan mencari solusi.
Beberapa dari mereka bahkan mempertimbangkan untuk melaporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan agar ada tindakan lebih lanjut terhadap pihak yang bertanggung jawab.
Pengawas Sekolah Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Jawa Tengah, Pangarso Yuliatmoko, mengatakan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi untuk mencari solusi. Namun, karena batas waktu finalisasi PDSS sudah ditutup, opsi yang tersedia sangat terbatas.
Upaya Penyelesaian Kasus Siswa SMKN 2 Surakarta yang Gagal SNBP
Menanggapi protes ini, pihak sekolah akhirnya berinisiatif mengajukan permohonan ke Kementerian Pendidikan.
Kepala sekolah, bersama beberapa siswa, wali murid, dan tim PDSS, berangkat ke Jakarta untuk meminta kebijakan khusus agar siswa tetap bisa mengikuti SNBP.
Namun, Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB 2025, Eduart Wolok, telah menegaskan bahwa tidak akan ada perpanjangan finalisasi PDSS. Menurutnya, setiap sekolah telah diberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan administrasi.
“Sampai hari ini, masih banyak sekolah yang meminta perpanjangan finalisasi PDSS, tetapi itu tidak bisa kami lakukan. Sistem seleksi harus berjalan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan,” tegas Eduart.
Ia juga mengingatkan bahwa keterlambatan seperti ini bukan pertama kali terjadi. Beberapa sekolah lain juga pernah mengalami hal serupa akibat tidak menyelesaikan PDSS tepat waktu.
Oleh karena itu, ia meminta sekolah-sekolah lain agar lebih disiplin dalam mengurus administrasi SNBP.
Dengan tidak adanya kebijakan khusus, peluang siswa SMKN 2 Surakarta untuk tetap mengikuti SNBP semakin kecil.
Satu-satunya opsi yang tersisa bagi mereka adalah mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). Sayangnya, SNBT memiliki persaingan yang jauh lebih ketat dibandingkan SNBP.
Beberapa siswa yang kehilangan kesempatan SNBP mulai mencari alternatif lain. Beberapa dari mereka berencana mendaftar ke Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang masih membuka jalur seleksi berbeda. Namun, opsi ini tidak bisa mengakomodasi seluruh siswa yang terdampak.
Kasus siswa SMKN 2 Surakarta gagal SNBP menjadi bukti nyata bahwa kesalahan administratif bisa berdampak besar pada masa depan siswa.
Halaman : 1 2 Selanjutnya