Cerpen : Rahasia Gladys – Eunike Hanny

- Penulis

Senin, 1 Juli 2024 - 13:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Cerpen : Rahasia Gladys – Eunike Hanny

Cerpen : Rahasia Gladys – Eunike Hanny

Baru saja aku menutup pintu ruang kantor Bu Farida ketika seseorang mencengkeram lengan dan menarikku menjauh dari sana.

“Arya! Apa-apaan ini!” Aku menggerutu dan berusaha melepaskan diri, tapi pria itu justru mempererat genggamannya sampai pergelangan tanganku terasa sakit. Aku terpaksa mengikutinya sampai dia menghentikan langkah di depan pantri dan melepas tanganku.

“Maaf.” Kini Arya mendorong bahuku dengan lembut, menggiringku memasuki pantri. Ruangan itu kosong. Ada beberapa cangkir bekas kopi di meja. Aku melirik jam di pergelangan tangan kiri, hampir pukul sebelas. Pada saat ini semua orang sibuk di meja masing-masing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ada apa lagi?” tanyaku sambil menarik kursi dan mendudukinya, sementara Arya duduk tepat di hadapanku.

“Apa keputusan resign itu sudah tepat?” tanya Arya tanpa basa-basi. Matanya tajam menatapku. “Seharusnya aku yang pergi, bukan kamu.”

“Kenapa harus begitu? Aku yang minta putus dari kamu, jadi aku yang harus keluar dari sini.”

“Gladys, ayolah. Hubungan kita putus bukan berarti kerjaanmu juga selesai sampai di sini. Kita profesional.” Arya mengulurkan tangan dan menggenggam tanganku yang ada di meja. Meskipun aku ingin sekali merasakan kehangatan tangannya seperti dulu, tapi tentu saja itu salah. Buru-buru kutarik tanganku dan bangkit.

“Arya, aku harus balik. Kerjaanku banyak. Aku cuma punya waktu kurang dari sebulan.” Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, aku bergegas keluar dari pantri.

Bukan pekerjaan yang menumpuk, tapi air mata yang sudah mendesak di sudut- sudut mata, dan berhamburan saat akhirnya kakiku masuk ke salah satu bilik toilet.

Dadaku terasa sakit sekali. Baru sebulan yang lalu Arya melamar, tapi dalam semalam kebahagiaan itu harus pergi, ketika pria itu mengajakku menemui Lenny, kakak perempuannya. Aku langsung mengenali perempuan bertubuh kurus dan berkulit putih itu meskipun hanya satu kali melihatnya di rumah duka. Aku yakin wanita itu pun langsung mengenaliku, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Makan malam di rumah Lenny itu berlangsung lancar, dan semua terlihat baik-baik saja.

Baca Juga:  Teror Topeng Gandrung

 

Keesokan harinya, wanita itu menelepon dan menyuruhku menemuinya di sebuah kafe. Tentu saja tanpa setahu Arya.

“Saya tahu siapa kamu,” kata Lenny seraya meletakkan sebuah ponsel di depanku.

Baca Juga:  CERPEN: Petaka Teman Curhat (Terinspirasi dari kisah nyata yang dialami oleh penulis)

Seketika aku menahan napas saat melihat foto yang terpampang di layar. Itu aku, lima atau enam tahun silam, sedang tidur hanya dengan selembar selimut yang membungkus tubuhku.

Seharusnya, foto itu tak ada. Bian sudah berjanji tidak akan mengambil fotoku, apalagi menyimpannya. Itu hal pertama yang aku tuntut darinya saat aku setuju menjadi kekasihnya.

“Kamu harus putus dari Arya,” kata Lenny. “Atau, saya kasih tahu dia, perempuan macam apa yang jadi pacarnya selama ini.”

Aku menggigit bibir bawah sampai terasa sakit.

“Rumah tangga saya dan Bian baik-baik saja. Dia pintar sekali menyembunyikan kamu, sampai saat dia meninggal dan saya menemukan fotomu di ponselnya.”

Sementara Lenny bicara, aku hanya bisa menunduk dalam-dalam. “Saya kira motifmu cuma uang. Saya nggak rela Arya menikah dengan perempuan yang cuma ingin uangnya.”

Aku mendongak dan menggeleng. “Saya cinta Arya, bukan karena uangnya, tapi … memang seperti itu ….”

Lenny mendengkus. “Sudahlah. Saya bukan perempuan naif. Saya cuma minta kamu pergi dari kehidupan Arya … dari kehidupan kami. Kalau kamu nggak setuju, seperti yang tadi saya bilang, saya akan kasih tahu dia, kamu adalah kekasih simpanan kakak iparnya.”

Kutarik napas dalam-dalam mengingat itu semua. Setelah membenahi riasan wajah untuk menyamarkan bekas air mata, aku keluar dari toilet. Kudapati Arya sedang mondar-mandir di lorong. Dia langsung mendekat dan menghadang langkahku.

“Gladys, nggak bisakah kita kembali ke rencana semula?” tanya Arya. “Aku nggak mau kehilangan kamu, Dys. Aku cinta kamu. Mari kita menikah.”

Baca Juga:  Cerpen : MENDADAK JADI ISTRI DOKTER

 

Aku juga cinta kamu, Arya. Sayangnya, aku terlanjur memilih jalan yang salah. Aku tak bisa kembali. Tapi, tentu saja aku hanya bisa mengatakannya di dalam hati.

“Semoga kamu bertemu seseorang yang jauh lebih baik dariku.” Hanya itu yang bisa kubisikkan padanya.

***

Tentang Penulis

Eunike Hanny, tinggal di Tangerang Selatan. Tulisan yang sudah terbit antara lain, Saat Gota Tersesat (cerita anak, bisa dibaca di Gramedia Digital), Klub Bunuh Diri (Bukuditeras), A Prenup Letter (bisa dibaca di iPusnas), dan skenario film pendek untuk layanan streaming. Penulis bisa dihubungi di IG @hanny1806 / FB Eunike Hanny.

Follow WhatsApp Channel www.redaksiku.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

CERPEN: Kembali dalam Pelukan Hangat
CERPEN: Bagian Apes (Terinspirasi dari Kisah Nyata)
Cerpen : Di Balik Pintu – Eunike Hanny
Cerpen : Rumah Nomor 19 – Eunike Hanny
Cerpen: Terjebak – Eunike Hanny
Cerpen: Tragedi – Eunike Hanny
Cerpen: Upah Dosa – Eunike Hanny
Cerpen: Yang Tersembunyi – Eunike Hanny

Berita Terkait

Sabtu, 13 Juli 2024 - 12:28 WIB

CERPEN: Kembali dalam Pelukan Hangat

Rabu, 3 Juli 2024 - 07:06 WIB

CERPEN: Bagian Apes (Terinspirasi dari Kisah Nyata)

Senin, 1 Juli 2024 - 13:07 WIB

Cerpen : Rahasia Gladys – Eunike Hanny

Senin, 1 Juli 2024 - 13:05 WIB

Cerpen : Di Balik Pintu – Eunike Hanny

Senin, 1 Juli 2024 - 13:03 WIB

Cerpen : Rumah Nomor 19 – Eunike Hanny

Berita Terbaru

Harga Samsung Galaxy S25 Ultra yang sedang banyak dicari

Teknologi

Harga Samsung Galaxy S25 Ultra yang sedang banyak dicari

Kamis, 23 Jan 2025 - 19:18 WIB