Bab. 9
Di siang harinya terlihat Amora dan Daren yang sudah mengemasi barang-barang mereka dan sudah siap untuk pergi dari hotel itu, “Ra, udah dibawa semua?” tanya Daren.
Amora menganggukkan kepalanya, “Udah. Udah gue kemas semua” jawab Amora yang lalu mengambil tas selempangnya yang sebelumnya dia taruh di atas meja.
Setelah itu Daren mengambil alih koper Amora dan kopernya, melihat itu Amora pun beranjak membukakan pintu kamar hotel itu. Setelah itu mereka berdua pun sarapan terlebih dahulu bersama dengan keluarga mereka yang terdiri dari Darpa, Claras, Kaysi, Nata, Yesa dan beberapa anggota keluarga mereka lainnya yang juga menginap di hotel itu.
Selesai melakukan sarapan bersama-sama, kedua keluarga besar itupun saling berpamitan dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Darpa, Claras dan Kaysi di kediaman Sapphire, Nata dan Yesa di kediaman Akraryan, serta lainnya ke rumah masing-masing. Sedangkan Amora dan Daren pergi ke rumah baru mereka berdua.
Di sepanjang perjalanan, Amora terus bermain handphone, sedangkan Daren fokus menyetir. Tidak ada perbincangan di antara keduanya hingga mereka sampai di sebuah rumah yang cukup mewah dan aesthetic berlantai 2.
Daren memarkir mobilnya di dekat sebuah mobil berwarna putih, itu adalah mobil Amora. Bukan hanya mobil Amora yang sudah ada di sana, tapi perlengkapan serta baju-baju mereka juga sudah ada di rumah itu semua.
Setelah selesai memarkirkan mobilnya di garasi, Daren dan Amora pun turun. Daren mengambil kopernya dan Amora di bagasi, setelah itu mereka pun masuk bersama ke dalam rumah itu.
Di siang harinya di sekitar pukul 10, terlihat Amora yang sudah kembali bersiap dengan pakaian yang rapi, “Kamu mau ke mana?” tanya Daren yang bingung saat melihat Amora tengah bersiap di meja rias.
“Gue mau kuliah dulu, nanti gue pulang jam 5 sore” jawab Amora seraya terus bersiap.
“Mau saya antar?” tanya Daren.
“Ngga usah, gue bawa mobil sendiri. Lo juga mau ke kantor kan?” tanya Amora sembari melihat ke arah Daren hingga laki-laki itu menjawab dengan anggukkan kepala.
“Ya udah, berangkat sendiri-sendiri aja. Oke, gue udah siap. Bye” ujar Amora yang lalu berjalan mengambil tasnya yang ada di atas kasur dan setelah itu berjalan keluar dari kamarnya dengan Daren.
Di perjalanan keluar dari rumahnya, Amora terus menghela nafas karena sungguh dia belum terbiasa satu ruangan dengan seorang laki-laki, apalagi dia tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki dan bahkan laki-laki itu belum terlalu dia kenal dengan baik.
Dengan terburu-buru Amora masuk ke dalam mobilnya dan langsung menancap gas untuk pergi dari halaman rumahnya dengan Daren itu untuk menuju kampusnya. Setelah mobil Amora pergi dari garasi, ganti mobil Daren yang pergi. Hingga garasi rumah itupun akhirnya kosong.
Di sekitar pukul 1 siang terlihat Amora yang berjalan keluar dari sebuah ruangan seraya berbicara dengan seseorang di telfon. Seseorang itu adalah Sherly.
“Hah?, lo kuliah?” tanya Sherly dengan nada terkejut dan penuh pertanyaan.
“Iya lah. Ngapain juga gue di rumah?, orang Daren juga ke kantor. Ya gue kuliah aja lah” jawab Amora dengan santainya.
“Lo ngga ada niatan honeymoon gitu sama suami lo?” tanya Sherly lagi.
“Honeymoon?, ngapain?” tanya Amora balik, perempuan itu kini terus berjalan di lorong fakultasnya.
Terdengar helaan nafas di sebrang sana, “Ngga jelas banget lo. Ya udah gue sama lainnya OTW ke resto itu. Lo cepetan ke sana juga.”
“Iyaa, gue juga mau ke sana ini, kelas gue udah kelar” jawab Amora.
Setelah itu percakapan mereka pun selesai, dan Amora kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari gedung fakultas itu menuju parkiran, tempat di mana mobilnya berada.
Di sebuah restoran terlihat 4 orang perempuan yang tengah mengobrol seputar kehidupan sehari-hari, “Gue ngga ekspek kalau lo bakal kuliah setelah sehari nikah, Mor. Istirahat dulu ngapa, kuliah mulu lo” ucap Indira.
Amora memutar bola matanya, “Lo ngga tau secanggung apa gue sama Daren. Lo bayangin aja nih, orang yang ngga pernah pacaran kayak gue tiba-tiba dijodohin sama laki-laki dingin kayak kulkas dan 4 tahun lebih tua dari gue.”
“Mana dia kalau ngomong pake saya sama kamu lagi. Formal banget, sedangkan gue?” jawab Amora dengan sedikit mengebu-gebu.
Mendengar jawab Amora barusan membuat Sherly dan lainnya terkejut, “Yang bener lo?, terus kalau dia ngomong pake saya kamu, lo jawabnya juga pake saya kamu?” tanya Sherly.
“Ya engga lah, pake gue lo” jawab Amora.
“Hah?, gilaa, ngga nyambung banget ege. Masa dia ngga pernah ngomong pake bahasa yang sedikit informal?” kini Indira yang terkejut dan bertanya.
Amora menggelengkan kepalanya, “Selama ini sih belum pernah kayaknya, tapi ngga tau lagi ya besok.”
“Terus lo udah ada benih-benih cinta yang muncul belum?. Gue lihat-lihat perhatian banget Daren sama lo waktu pernikahan lo kemarin” sekarang Fara yang giliran bertanya.
“Benih-benih cinta apaan?, gue aja tiap hari ngelihat dia bawannya kesel mulu, hidupnya itu kayak selalu serius gitu loh, ngga ada santai-santainya” jawab Amora.
“Tapi kalau yang perhatian itu kayaknya iya. Soalnya di malam setelah pernikahan gue sama dia kemarin, gue kan ngerjain tugas kuliah, soalnya deadlinenya tadi jam 8. Eh gue ketiduran dan tugas gue belum selesai. Tadi pagi waktu gue lihat ternyata tugas gue udah selesai. Gue bingung tuh, tapi ternyata yang nyelesaiin itu dia” lanjut Amora menceritakan kejadian tadi pagi.
Tinggalkan Komentar