#KaburAjaDulu viral di sosial media, terutama sosial media x.
Viral di sosial media x #KaburAjaDulu, lantas apa maksud dibalik hastag tersebut? Simak jawabannya di sini!
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang tumbuh di era digital dengan kemajuan teknologi yang pesat.
Namun, di balik kenyamanan tersebut, mereka juga merupakan kelompok yang paling vokal dalam menyuarakan ketidakadilan sosial dan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Belakangan ini, muncul tren baru di media sosial dengan tagar #KaburAjaDulu, yang mencerminkan kekecewaan anak muda terhadap situasi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.
Tren #KaburAjaDulu semakin viral setelah berbagai demonstrasi dan aksi protes di berbagai negara, termasuk di Indonesia, yang didominasi oleh suara generasi muda.
Mereka merasa bahwa negara ini mengalami stagnasi dalam berbagai aspek, mulai dari regulasi ketenagakerjaan, peluang ekonomi hingga kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Awal Mula Tren #KaburAjaDulu
Tagar #KaburAjaDulu pertama kali mencuat di platform X (sebelumnya Twitter), setelah unggahan dari akun @hrd*** yang membandingkan perkembangan Indonesia dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, bahkan Vietnam.
Cuitan #KaburAjaDulu dinilai sangat relevan dengan kondisi nyata di Indonesia, sehingga banyak netizen yang mendukung ajakan untuk mencari kesempatan lebih baik di luar negeri.
Akun lain seperti @Indo*** juga ikut berperan dalam menyebarkan tren ini dengan membagikan pengalaman para diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri.
Mereka memberikan tips seputar bekerja di luar negeri, mengajukan beasiswa, serta meningkatkan keterampilan bahasa asing sebagai langkah awal migrasi ke negara lain.
Salah satu alasan utama di balik tren ini adalah tingginya angka pengangguran serta ketidakstabilan ekonomi.
Banyak anak muda yang merasa bahwa regulasi ketenagakerjaan di Indonesia masih sulit diakses dan kurang transparan.
Mereka pun mencari alternatif dengan bekerja di luar negeri, yang dinilai menawarkan gaji lebih tinggi dan kualitas hidup yang lebih baik.
Mengapa Generasi Muda Ingin Pergi dari Indonesia Terlihat Pada #KaburAjaDulu?
Fenomena #KaburAjaDulu bukan sekadar keinginan untuk berpindah tempat, tetapi mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap berbagai aspek di Indonesia, antara lain:
Upah Rendah dan Biaya Hidup Tinggi
- Banyak lulusan perguruan tinggi merasa bahwa gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan biaya hidup yang terus meningkat.
- Kesenjangan ekonomi semakin melebar, dengan banyak pekerja yang sulit memenuhi kebutuhan dasar.
Kurangnya Apresiasi terhadap Tenaga Kerja
- Anak muda merasa bahwa kerja keras mereka kurang dihargai di dalam negeri.
- Kesempatan untuk berkembang dan meningkatkan keterampilan lebih terbuka di luar negeri.
Kebijakan Pemerintah yang Kontroversial
- Beberapa kebijakan yang kurang matang, seperti distribusi gas LPG 3 kg yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan PPN 12%, semakin menekan masyarakat kelas menengah dan bawah.
- UU Cipta Kerja yang diharapkan dapat membuka lebih banyak lapangan pekerjaan justru dianggap merugikan pekerja dengan sistem kontrak yang tidak menentu.
Kualitas Hidup yang Lebih Baik di Luar Negeri
- Banyak yang tertarik untuk mencari pengalaman kerja di negara maju karena kualitas hidup yang lebih baik.
- Faktor lingkungan kerja, jaminan kesehatan, dan kesejahteraan sosial menjadi daya tarik utama.
Alternatif Bekerja di Luar Negeri
Banyak anak muda yang mulai mencari jalan untuk bekerja di luar negeri melalui berbagai program resmi. Berikut adalah beberapa jalur yang populer:
Working Holiday Visa (WHV) Australia
WHV memungkinkan warga negara Indonesia (WNI) berusia 18-30 tahun untuk bekerja dan belajar di Australia sambil berlibur. Program ini memiliki batas kuota tahunan dan membutuhkan Surat Dukungan dari Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia.
Tokutei Ginou (Specified Skilled Worker) Jepang
Program ini membuka peluang bagi tenaga kerja terampil di bidang seperti keperawatan, transportasi, kehutanan, dan industri kayu. Syaratnya adalah lulus ujian keterampilan serta memiliki kemampuan bahasa Jepang minimal level N4.
Ausbildung Jerman
Ausbildung adalah program vokasi di Jerman yang memungkinkan peserta belajar sekaligus bekerja dengan sistem 70% praktik dan 30% teori. Peserta diharuskan menguasai bahasa Jerman minimal level B1 sebelum mendaftar.
Fenomena Brain Drain: Dampak Jangka Panjang bagi Indonesia
Fenomena #KaburAjaDulu bukan hanya sekadar tren, tetapi juga menjadi alarm bagi pemerintah terkait brain drain, yaitu hilangnya tenaga kerja terampil dan terdidik ke luar negeri. Data dari Kementerian Hukum dan HAM menunjukkan bahwa lebih dari 3.912 WNI berpindah kewarganegaraan ke Singapura dalam kurun waktu 2019-2022.
Dampak dari brain drain sangat serius, antara lain:
- Kehilangan talenta terbaik, terutama di bidang teknologi, sains, dan industri kreatif.
- Lambatnya inovasi dalam negeri, karena banyak tenaga ahli yang lebih memilih bekerja di negara lain.
- Target Indonesia Emas 2045 bisa terancam, karena kurangnya SDM berkualitas di dalam negeri.
Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Pemerintah perlu segera mengambil langkah konkret untuk menangani keresahan generasi muda. Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain:
Meningkatkan Kesempatan Kerja
- Menyediakan lebih banyak lapangan kerja dengan regulasi yang transparan dan adil.
- Meningkatkan standar upah agar sebanding dengan biaya hidup.
Mereformasi Kebijakan Ketenagakerjaan
- Mengkaji kembali kebijakan kontrak kerja agar lebih berpihak kepada pekerja.
- Memberikan jaminan kesejahteraan yang lebih baik bagi pekerja di dalam negeri.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan
- Mempermudah akses pendidikan vokasi dan pelatihan kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri.
- Menyediakan program beasiswa yang mendorong penerima untuk kembali dan berkontribusi di dalam negeri.
Tagar #KaburAjaDulu bukan hanya sekadar tren di media sosial, tetapi mencerminkan rasa frustrasi generasi muda terhadap kondisi di Indonesia.
Halaman : 1 2 Selanjutnya