Mengenal Deep Learning: Solusi Cerdas dalam Pendidikan dan Teknologi
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti baru-baru ini mengungkapkan rencana menggagas Kurikulum Deep Learning sebagai pengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan di Indonesia.
Pernyataan terkait Deep Learning tersebut menarik perhatian masyarakat, terutama setelah direkam dan dibagikan melalui media sosial.
Menurut Mu’ti, tujuan dari kurikulum baru ini adalah memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan deep learning dalam konteks pendidikan?
Mendikdasmen Mu’ti menegaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai sistem pendidikan.
Pendekatan ini terdiri dari tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning (belajar dengan kesadaran penuh), Meaningfull Learning (belajar yang bermakna), dan Joyfull Learning (belajar yang menyenangkan).
Masing-masing elemen bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih relevan dan menyentuh berbagai aspek kehidupan siswa.
Penting untuk dicatat bahwa meski disebut “deep learning,” istilah ini tidak hanya berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) yang berkembang saat ini.
Faktanya, konsep deep learning sebagai pendekatan pembelajaran sudah diperkenalkan dan diterapkan di negara-negara Skandinavia sejak tahun 1976, jauh sebelum teknologi kecerdasan buatan menjadi sepopuler sekarang.
Menurut Mu’ti, deep learning adalah upaya untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara lebih dalam dan memberi mereka pengalaman yang lebih berarti dalam belajar.
Apa itu Deep Learning?
Dalam dunia teknologi, deep learning adalah cabang dari machine learning yang menggunakan artificial neural networks atau jaringan saraf tiruan untuk meniru cara manusia berpikir dan belajar.
Selain itu, memanfaatkan algoritma yang mampu memproses data dalam jumlah besar untuk mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lainnya.
Teknologi ini telah digunakan untuk berbagai aplikasi, mulai dari pengenalan wajah, pemrosesan bahasa alami, hingga diagnosis medis.
Bagi yang tidak familiar, konsep deep learning pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Alexey Ivakhnenko dan Viktor Lapa pada tahun 1965.
Seiring berjalannya waktu, berbagai penemuan besar, seperti algoritma backpropagation yang ditemukan pada tahun 1985 oleh Geoffrey Hinton dan koleganya, telah mengubah cara kita melihat dan memanfaatkan teknologi ini.
Penerapan deep learning yang semakin berkembang kini menjadi inti dari berbagai inovasi teknologi, termasuk kecerdasan buatan yang kita kenal saat ini.
Implementasi Deep Learning dalam Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, penerapan sistem tersebut tidak hanya terbatas pada penggunaan teknologi semata, tetapi lebih pada pendekatan yang mengutamakan pengalaman belajar yang mendalam.
Salah satu aspek utama dari pendekatan ini adalah Mindfull Learning, yang menyadarkan pendidik dan siswa bahwa setiap individu memiliki keadaan dan cara belajar yang berbeda.
Dengan memahami perbedaan ini, guru dapat mengarahkan siswa untuk terlibat lebih aktif dalam proses belajar.
Selanjutnya, Meaningfull Learning mendorong siswa untuk berpikir kritis dan memahami pentingnya materi yang dipelajari dalam kehidupan mereka.
Hal ini dapat membantu siswa menghubungkan teori yang mereka pelajari dengan pengalaman nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Terakhir, Joyfull Learning mengedepankan rasa puas dan kebahagiaan dalam belajar.
Ketika siswa merasa senang dan tertantang, mereka lebih termotivasi untuk terus belajar dan menggali pengetahuan lebih dalam.
Sejarah dan Perkembangan
Deep learning yang kini menjadi dasar bagi kecerdasan buatan (AI), memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak tahun 1960-an.
Pada awalnya, teknologi ini berkembang secara perlahan, namun semakin pesat seiring dengan kemajuan di bidang komputasi dan algoritma.
Salah satu tonggak sejarah penting adalah penemuan algoritma backpropagation pada tahun 1985, yang memungkinkan jaringan saraf untuk belajar secara efisien dan meningkatkan akurasi model.
Seiring dengan itu, muncul berbagai terobosan, seperti convolutional neural networks (CNN) yang digunakan untuk pengenalan gambar dan suara.
Pada tahun 2010-an, sistem tersebut mengalami lonjakan besar dalam berbagai bidang, dari pengenalan gambar hingga pengolahan bahasa alami.
Perusahaan besar seperti Google dan Microsoft mulai berinvestasi besar-besaran dalam penelitian deep learning, yang pada gilirannya mempercepat inovasi teknologi.
Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan deep learning telah membawa dampak signifikan di berbagai sektor, termasuk kesehatan dan pelayanan pelanggan.
Dalam bidang kesehatan, sistem tersebut digunakan untuk menganalisis gambar medis dengan akurasi tinggi, yang membantu para profesional medis dalam mendiagnosis penyakit lebih cepat dan tepat.
Di sektor pelayanan pelanggan, teknologi chatbot yang berbasis sistem tersebut dapat memberikan respons otomatis dan memproses permintaan pelanggan dengan lebih efisien.
Halaman : 1 2 Selanjutnya